I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya
belum dapat direalisasikan secara maksimal. Masalah yang
dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses
pembelajaran.
Penelitian merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa atau negara. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya
interaksi belajar atau proses pembelajaran. Guru
dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan
berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas
dalam bentuk kurikulum.
Pembelajaran IPA di SD
memiliki
peranan yang sangat penting dalam era tekhnologi. Penyajiannya telah diupayakan
di dalam kurikulum sedemikian rupa agar memudahkan para guru di sekolah dalam mengajar dan mempunyai wawasan yang
lebih luas. Guru selalu
berusaha untuk mengadakan perbaikan pembelajaran khususnya IPA.
Guru mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan
tercapainya tujuan pembelajaran IPA. Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada
siswa, namun guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan
pembelajaran berlangsung secara aktif dengan memperhatikan metode pembelajaran yang digunakan. Penggunaan motode pembelajaran yang kurang tepat
dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang
termotivasi untuk belajar. Pembelajaran IPA yang biasanya menggunakan metode tanya jawab memang sudah membuat siswa aktif,
namun kurang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang kelak dapat
berguna dalam kehidupan bermasyarakat.
Kenyataan
dilapangan guru masih
sering mengalami hambatan,
terutama kurangnya sarana dan prasarana. Kekurang seriusan guru dalam menangani
peserta didik juga dapat menghambat keberhasilan pendidikan. IPA merupakan pelajaran ekstra yang
menuntut kita untuk selalu kreatif
dan inovatif dalam menyampaikannya.
Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan suatu metode dalam mengajar.
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru pada pra siklus menunjukkan
bahwa siswa hanya mendengarkan. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah,
sehinggga siswa tanpak bosan dan tidak semangat. Disisi lain siswa mengobrol
sendiri dengan temannya tanpa memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga tidak
bisa menjawab pertanyaan dari guru sehingga tercipta suasana kelas yang kurang
kondusif dala kegiatan belajar mengajar.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga kurang terlihat, hal ini
ditunjukkan ketika guru memberikan tugas. Siswa disuruh menemukan contoh-contoh
gaya yang ada disekitar kelas. Terlihat hanya beberapa siswa yang aktif mencari
dan menerapkan tetapi sebagian besar hanya melihat dan diam saja. Sebagai guru
tentunya sangat kecewa dengan ketidak berhasilannya dalam mengajar. Penerapan
metode yang tepat sangatlah diperlukan dalam pembelajaran agar tercipta proses belajar
yang efektif.
Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila materi yang disampaikan
dapat dikuasai siswa. Peranan guru sangat menentukan ketercapaian tujuan, menurut
Wina Sanjaya (2006 : 19) menyatakan bahwa peran guru adalah sebagai sumber belajar,
fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing dan evaluator”. Sebagai
motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik.
Metode
mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam pembelajaran siswa agar
terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Diperlukan adanya suatu metode mengajar
yang efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran maupun untuk membentuk kemampuan siswa. Penggunaan metode yang kurang tepat dapat
mempengaruhi proses belajar siswa, sehingga belajar- mengajar yang terjadi
tidak berjalan dengan maksimal.
Seorang guru harus menguasai metode dan standar kompetensi materi pelajaran yang
akan diajarkan, agar siswa
dapat mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Selama proses
pembelajaran berlangsung harus terjadi interaksi yang aktif antara guru dengan
siswa. Aktivitas
dan ketrampilan siswa yang sudah dicapai dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataannya kemampuan siswa kelas
IV dalam pembelajaran
IPA di
SDN 2 Tamanagung pada materi Pengaruh Gaya terhadap Gerak Benda, hasil
belajar masih sangat jauh dari yang diharapkan guru, yakni untuk mendapatkan
nilai sesuai KKM yaitu
70. Namun secara riil dari 27
siswa hanya 7
siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan 20 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM, hal
ini disebabkan karena dalam penyampaian materi, guru hanya dengan menggunakan
metode ceramah, tanpa menggunakan
media,
sehingga berdampak pada aktivitas dan prestasi
belajar yang kurang optimal, yakni belum mencapai KKM yang ditetapkan, dan ketika diberikan tes formatif
mendapat nilai rata-rata kelas 58.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuaraikan di atas, maka masalahnya dapat
teridentifikasi sebagai berikut :
1.
Tidak
ada media pembelajaran yang bisa menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2.
Siswa
tidak tertib, ramai sendiri, bahkan ada yang bermain sendiri.
3.
Antusias
siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang, terlihat ada beberapa siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru. Ada yang melihat ke luar, melamun, dan
berbicara.
4.
Pada
saat guru mengajukan pertanyaan tentang materi, hanya beberapa siswa yang mau
menjawab pertanyaan dari guru, itu pun juga karena setelah ditunjuk guru.
5.
Pada
saat penugasan, hanya beberapa siswa saja yang dapat mengerjakan tugas dengan
baik dan benar serta menyelesaikannya dengan tepat waktu.
6.
Hasil
belajar
siswa masih di bawah KKM
Dari identifikasi
masalah di atas, peneliti mengadakan refleksi dan konsultasi dengan supervisor
II. Dapat disimpulkan beberapa penyebab kurang berhasilnya pembelajaran antara
lain karena :
1.
Penjelasan
guru yang tidak disertai media yang menarik.
2.
Pembelajaran
yang didominasi oleh guru ( teacher centered ).
3.
Penggunaan
metode yang digunakan guru kurang menarik minat dan perhatian siswa.
4.
Guru
tidak bisa menciptakan suasana kelas yang kondusif.
Dari data yang diperoleh di atas, peneliti ingin memperbaiki pembelajaran
yang kurang kondusif dan kurang efektif tersebut menjadi sebuah situasi yang
kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Langkah yang diambil peneliti yakni
mengubah model pembelajaran dalam upaya meningkatkan pemahaman dan penguasaan
serta hasil belajar siswa pada materi “ Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda”
dengan menggunakan metode demonstrasi.
Amalia Sapriati, dkk ( 2013:3.3 ) mengatakan, jika kita
ingin menghitung berapa banyak metode mengajar yang ada, maka kita akan sampai
kepada suatu bilangan yang fantastis. Guru akan mengembangkan variasi metode
mengajar. Metode mengajar yang digunakan secara berhasil oleh seorang guru,
belum tentu memberikan hasil yang sama jika dipakai oleh guru lain. Walaupun
demikian dalam keseharian guru mengenal pula adanya berbagai metode yang umum,
sehingga guru megenal metode tertentu yang kiranya baik diterapkan.
Terkait
identifikasi masalah di atas, guru perlu melakukan perbaikan
pembelajaran dengan menerapkan metode
demonstrasi yang
berbantuan media benda sekitar dan
gambar. Tingkat keberhasilan siswa diukur melalui perbaikan proses
pembelajaran untuk itu
dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester I
Melalui Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran IPA Kompetensi
dasar Pengaruh Gaya terhadap Gerak
Benda di SDN 2 Tamanagung Tahun Pelajaran 2014/2015.”
Alasannya
digunakan metode demonstrasi ini bertujuan untuk menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses
belajar pada diri siswa secara aktif, guru hanya sebagai fasilitator dalam mengarahkan siswa
membahas meteri yang dipelajarinya. Diharapkan
aktivitas siswa dan prestasinya dapat meningkat.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat di ambil adalah : “Bagaimana Meningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
Semester I Melalui Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran IPA Kompetensi
dasar Pengaruh Gaya terhadap Gerak
Benda di SDN 2 Tamanagung Tahun Pelajaran 2014/2015.”
C. Tujuan Penelitia Perbaikan Pembelajaran
Dari
rumusan masalah yang telah di kemukakan, maka perbaikan ini memiliki tujuan : “Untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester I
Melalui Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran IPA Kompetensi
dasar Pengaruh Gaya terhadap Gerak
Benda di SDN 2 Tamanagung Tahun Pelajaran 2014/2015.”
D. Manfaat Perbaikan Pembelajaran
Adapun
manfaat dari Perbaikan Pembelajaran ini mencakup 4 aspek yaitu :
1) Bagi
peneliti
a. Dapat
di gunakan sebagai pedoman pembelajaran IPA selanjutnya pada materi yang
memiliki Kompetensi Dasar
yang sama.
b. Mengembangkan
kreativitas sebagai peneliti.
c. Dapat
memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan metode demonstrasi.
d. Memberi
dorongan bagi peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis.
2) Bagi
siswa
a. Dapat
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar
b. Menumbuhkan
sikap ilmiah pada siswa
c. Memberikan
suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa
d. Memperbaiki
belajar siswa yang di akibatkan oleh adanya kesalahan metode pembelajaran guru
dalam proses pembelajaran.
e. Untuk melatih keterampilan siswa
yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat kelak.
3) Bagi
guru
a. Memberikan
pengalaman tentang cara menemukan kelemahan atau pemahaman dalam pembelajaran.
b. Untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang di ajarkan,
sehingga dapat mengetahui metode apa yang tepat untuk di gunakan.
c. Memberikan
tambahan pengalaman dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran secara
ilmiah berdasarkan PTK.
d. Meningkatkan
kemampuan profesional guru dengan pembelajaran aktif untuk meningkatkan hasil
prestasi belajar siswa sehingga prestasi siswa dapat meningkatkan pula.
4) Bagi
sekolah/lembaga
a. Sebagai
pedoman dan contoh guru yang lain apabila ingin mengadakan penelitian.
b. Memberikan
sumbangan bagi sekolah tentang variasi pembelajaran dan peningkatan mutu proses
pembelajaran.
c. Meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar siswanya/meningkatkan mutu lulusan.
II. KAJIAN PUSTAKA
A.
Konsep Pembelajaran
Keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap
pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.
Praktek pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru,
akan dapat dijumpai gejala beraneka ragam. Keanekaragaman itu terjadi, baik
pada tingkah laku guru, siswa, maupun situasi kelas. Gejala yang dapat diamati
biasanya hal-hal sebagai berikut:
1.
Mengajar dengan cara menyampaikan materi pelajaran semata-mata.
2.
Guru sengaja menciptakan kondisi sedemikian rupa,
sehinggasiswa dapat melakukan berbagai kegiatan yang beraneka ragam dalam
mempelajari materi pembelajaran.
3.
Guru mengajar dengan memberi kebebasan kepada siswa
memilih materi pembelajaran, apa yang dipelajari sesuai dengan minat dan
pilihannya, juga memberi kebebasan kepada tiap siswa untuk melakukan proses
mempelajari materi pembelajaran tersebut.
Proses pembelajaran itu
beraneka ragam. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses yang
kompleks (rumit), namun dengan maksud yang sama, yaitu memberi pengalaman
belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan. (Sumiati, Asra, 2011:3).
Pembelajaran juga diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (Anitah, Sri dkk,
2013: 1.18).
Definisi lain
mengatakan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. (wikipedia Ensiklopedia Bebas, 28
Oktober 2014. 08.21).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah proses yang disengaja
yang menyebabkan interaksi peserta didik dengan pendidik
pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu dalam upaya
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai positif.
B.
Hakikat IPA
di Sekolah Dasar
1.
Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
alamiah.
Menurut Carin dan
Sund (1993) dalam Puskur (2007:3) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku untuk umum (universal) dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Ilmu Pengetahuan Alam
sendiri berasal dari kata sains yang
berarti alam. Sains menurut Abdullah,Suyoso
(1998:23) merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu
teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal.
Menurut Abdullah,
(1998:18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, observasi,
dan demikian seterusnya kait mengait antara cara yang satu dengan cara yang
lain.
Secara rinci
hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut:
a. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep
IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
b. Observasi dan Eksperimen; merupakan
salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat
diuji kebenarannya.
c. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu
asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan
memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka
berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
d. Progresif dan komunikatif; artinya IPA
itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurn dan penemuan-penemuan yang ada
merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
e. Proses tahapan-tahapan yang dilalui dan
itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu
kebernaran.
f. Universalitas; kebenaran yang ditemukan
senantiasa berlaku secara umum.
Berdasarkan penjelasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui
suatu proses dengan menggunakan metode
ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).
2.
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA di
SD menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksional
antara guru dan siswa dimana dalam
proses tersebut bersifat timbal balik. Menurut Hamalik, Oemar (1994:69) bahwa
“Pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara
aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Surya,M
(2003:11) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
3.
Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) tujuan dari mata pelajaran IPA adalah agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a.
Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;
b.
Mengembangkan pengatahuan dan pemahman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari;
c.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadarantentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat;
d.
Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan;
e.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan, lingkungan alam. (Badan Standar Nasionl Pendidikan, 2006:3).
C.
Proses Belajar Mengajar IPA
Proses
dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang
terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam
ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, Moh. Uzer,
2001:5). Belajar juga diartikan sebagai proses perubahan
perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. ( Sumiati, Asra, 2011:
38 )
Menurut Sutikno, Sobri dan Fathurrahman, Pupuh (2007: 6) belajar pada
hakekatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah
melakukan aktivitas tertentu, walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan
termasuk kategori belajar.
Belajar
juga
diartikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru,
secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. (Anitah,Sri, 2013: 2.5)
Mengajar
adalah penciptaan
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem
lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni
tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa
yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan
yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
(Sutikno, Sobri dan Fathurrahman, Pupuh,
2007: 8).
Pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
proses belajar mengajar adalah interaksi antara semua komponen atau unsur yang
bertujuan merubah tingkah laku ke arah yang positif yang dipengaruhi oleh
lingkungan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam hubungan sosial tertentu
serta didukung oleh sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Proses
belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegangan peran utama. Proses belajar mengajar merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, Moh. Uzer, 2001: 4).
Menurut Sutikno, Sobri
dan Fathurrahman, Pupuh (2007 : 10)
Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan
dilakukan guru-murid untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung
secara
optimal antara guru dan siswa dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.
D.
Metode
Pembelajaran
Metode
secara harfiah “cara”. Dalam pemakaian yang umum metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa.
(Anitah, Sri, dkk, 2013:1.24). Metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
(Sutikno, Sobri dan Fathurrahman,
Pupuh 2007:55).
Metode pembelajaran adalah teknik
atau pendekatan yang digunakan oleh pengajar agar peserta didik dapat memahami
isi materi yang akan dipelajari. Pembelajaran yang efektif adalah suatu
keterampilan yang dapat dipelajari untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan
tentang proses pendidikan termasuk metode pembelajaran yang ada dan cara
penggunaannya pada beraneka ragam peserta didik dan lingkungannya ( Bastable,
2002: 33).
1. Kedudukan Metode Dalam Pembelajaran
Djamarah (2006: 8) menyatakan bahwa kedudukan metode dalam proses
pembelajaran adalah metode sebagai:
a. Alat motivasi ekstrinsik.
Metode dalam proses pembelajaran dijadikan sebagai bagian dari motivasi
agar siswa dengan cepat menerima informasi baru, ide, gagasan, pendapat dan
hasil temuan dari pembicara(guru).
b. Strategi pengajaran.
Metode pembelajaran adalah bagian dari strategi pengajaran yang bisa
digunakan pengajar saat berinteraksi dengan peserta didik (Djamarah,2006:8).
Dalam kegiatan belajar mengajar harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien dan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. (Reilly & Obermann, 2002:15).
c. Alat untuk mencapai
tujuan.
Pembelajaran
membutuhkan tujuan yang sangat jelas. Pencapaian tujuan pembelajaran
dipengaruhi oleh faktor pengajar dan siswa. guru mempunyai cara untuk
mempermudah tujuan dapat dicapai salah satunya melalui penggunaan metode
pembelajaran.
2. Faktor Yang Mempengaruhi
dalam Penentuan Metode Pembelajaran
Setiawati (2008:55) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi dalam penentuan metode pembelajaran adalah:
a. Pengajar.
Latar belakang pengajar mempengaruhi
kompetensi pengajar dalam penyampaian materi atau pesan. Kurangnya kesiapan dan
penguasaan metode pembelajaran akan menjadi kendala terhambatnya tujuan pembelajaran,
dengan demikian kepribadian yang berbeda-beda dari masing- masing pengajar,
latar belakang pendidikan dan pengalaman akan mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran yang digunakan.
b. Peserta didik.
Perbedaan individual peserta didik mulai dari
biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual akan mewarnai suasana proses
pembelajaran. Perbedaan individual peserta didik akan mempengaruhi seorang
pengajar dalam menentukan
metode
pembelajaran yang akan membuat suasana pembelajaran lebih dinamis. Metode
pembelajaran dapat dijadikan cara memotivasi mahasiswa agar mereka berada dalam
kerangka psikologis yang benar untuk belajar materi yang menjemukan, pendekatan
reward and punishment yang sederhana dalam penilaian (Zaini, 2002:9).
c. Tujuan.
Sasaran yang akan dituju dari setiap proses pembelajaran. Tujuan dalam
pembelajaran berupa tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum memberikan
gambaran akhir peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Tujuan khusus
menunjukan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik untuk masing- masing
tahapan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran juga harus disesuaikan
dengan tujuan yang diinginkan.
d. Situasi.
Situasi pembelajaran dari waktu kewaktu sebaiknya tidak dibuat sama
oleh pengajar. Situasi yang sama terus menerus akan membuat peserta didik cepat
bosan dan akan menghambat tujuan pembelajaran. Pengajar mengkondisikan
pembelajaran untuk peserta didik dapat dilakukan secara individu dan
berkelompok. Metode pembelajaran yang digunakan harus melihat situasi saat itu,
untuk pendekatan individu metode pembelajarannya akan lebih cocok dengan
menggunakan diskusi, sedangkan untuk kelompok biasa menggunakan problem
solving.
e.
Fasilitas.
Fasilitas adalah kelengkapan pendukung dalam proses pembelajaran. Metode
pembelajaran bed side teaching tidak dapat terlaksanan apabila tidak
tersedianya fasilitas laboratorium. Demikian juga demonstrasi dan simulasi
tidak bisa berjalan jika tidak ada alat peraga.
2. Efektifitas Metode Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif adalah suatu keterampilan yang
dapat dipelajari untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan tentang proses
pendidikan termasuk metode pembelajaran yang ada dan cara penggunaannya pada
beraneka ragam peserta didik dan lingkungannya. Efektifitas merupakan faktor
penting dalam pembelajaran (Bastable, 2002:32). Pembelajaran yang efektif
merupakan kesesuaian antara mahasiswa yang melaksanakan pembelajaran dengan
sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penggunaan metode yang
tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai
tujuan yang dirumuskan (Djamarah,2006:7).
Bastable (2002:31), menyatakan semua guru mempunyai keinginan untuk selalu
meningkatkan kemampuan. Dorongan untuk mencapai kesempurnaan merupakan suatu
proses yang berlangsung terus menerus disepanjang kehidupan professional
seorang guru.
Ada beberapa tekhnik yang dipakai guru
untuk meningkatkan
keefektifan pengajaran yaitu dengan cara menyajikan informasi dengan penuh
antusiasme, selipkan humor saat mengajar, dalam penyampaian materi secara
dramatis, pemakaian metode yang sesuai dengan topik bukan yang sesuai dengan
kepribadian dosen, pilih kegiatan yang dapat memecahkan masalah, guru bertindak sebagai model peran,
dalam penyajian pakailah anekdot atau contoh, gunakan teknologi, berikan
reinforcement positif, teratur dalam memberikan arahan, minta dan berikan umban
balik dan memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberikan pengulangan apabila
sulit dipahami dan yang lebih penting adalah dalam poses pembelajaran atur
kecepatan bicara supaya siswa dapat memahami informasi yang diberikan.
Metode mengajar merupakan alat dan
strategi guru dalam menyampaikan dan mengkomunikasikan pembelajaran yang
telah diprogramkan. Metode mengajar merupakan salah satu esensial dari mengajar
dan ketrampilan mengajar yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan
proses pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran.
E.
Metode
Demonstrasi
1. Pengertian
Metode Demonstrasi
Demonstrasi berarti pertunjukan atau peragaan. Dalam
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dilakukan pertunjukan sesuatu
proses, berkenaan dengan materi pembelajaran. (Sumiati, Asra, 2011:101).
Metode demonstrasi diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara
melakukan sesuatau yaitu mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang
disajikan. Tujuan pokok metode ini dalam proses pembelajaran adalah untuk
memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara memperlakukan sesuatu
atau proses terjadinya sesuatu. (Sutikno, Sobri dan
Fathurrahman, Pupuh,
2007: 62).
Menurut Anitah, Sri, dkk (2013:5.25), Metode
demonstrasi merupakan metode
mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung
objekatau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat di ambil
kesimpulan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan atau peragaan yang di
gunakan sebagai cara mengajar yang yang dilakukan secara langsung maupun dengan
menggunakan media yang relevan sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan.
Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi
siswa seluruhnya harus dapat memperhatikan (mengamati) objek yang akan di
demonstrasikan. Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mampu
mengorganisasi kelas.
2. Tujuan
Penggunaan Metode Demonstrasi
Anitah, Sri, dkk (2013: 5.25-5.27) mengemukakan bahwa
:
Tujuan
penerapan metode demonstrasi adalah untuk:
a.
Mengongkretkan
suatu konsep atau prosedur yang abstrak.
b. Mengajarkan bagaimana berbuat atau menggunakan prosedur
secara tepat.
c. Meykinkan bahwa alat dan prosedur tersebut bisa digunakan
d.
Membangkitkan minat
menggunakan alat dan prosedur.
3. Prasarat untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan
demonstrasi diantaranya:
a.
Mampu secara proses
dalam melaksanakan demonstrasi materi atau topik yang dipraktikkan.
b.
Mampu mengelola
kelas dan menguasai siswa secara menyeluruh.
c.
Mampu menggunakan
alat bantu yang digunakan
d.
Mampu melaksanakan
penilaian proses.
Kondisi kemampuan siswa yang harus diperhatikan dalam menunjang demonstrasi
diantaranya adalah:
a.
siswa memiliki
motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan.
b.
Dapat mengembangkan
rasa ingin tahu siswa.
c.
Memahami tentang
tujuan/ maksud yang akan didemonstrasikan.
d.
Mampu
mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi. (Anitah,
Sri, dkk, 2013:5.26).
4. Manfaat
psikologis pedagogic dari metode demonstrasi
Manfaat psikologis pedagogic dari
metode demonstrasi adalah:
a.
Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b.
Proses belajar siswa lebih terarah pada
materi yang sedang dipelajari.
e. Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. (Anitah, Sri, dkk, 2013:5.27).
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi:
Kelebihan metode demonstrasi antara lain
:
a. Perhatian anak
didik lebih dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat
diamati.
b. Perhatian anak
didik akan lebih terpusat pada apa yang akan di demonstrasikan jadi proses
penbelajaran anak didik lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik
kepada masalah lain.
c. Dapat merangsang
siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.
d. Dapat menambah
pengalaman anak didik.
e. Bisa membantu
siswa ingat lebih lama tentang materi yang disampaikan.
f.
Dapat
mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan konkrit.
g. Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran
setiap siswa karena ikutserta berperan secara langsung.
setiap siswa karena ikutserta berperan secara langsung.
h. Kesalahan-kesalahan
yang trjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkrit, dengan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful
Bahri, Djamarah,
2002: 96 ).
Dari
segi kelemahan metode demonstrasi adalah :
a.
Memerlukan
persiapan yang teliti dan penerapannya memerlukan waktu yang lama.
b.
Demonstrasi
menuntut peralatan yang ukuran
memungkinkan pengamatan secara tepat oleh siswa pada saat digunakan.
c.
Demonstrasi
mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan
berupa peniruan oleh para siswa terhadap
hal-hal yang didemonstrasikan.
d.
Persiapan
yang kurang teliti menyebabkan siswa melihat suatu tindakan, proses, atau
prosedur yang didemonstrasikan tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya.
e.
Memerlukan
tenaga yang tidak sedikit
f.
Sukar
dimengerti bila didemonstrasikan oleh
guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Djamarah, Syaiful Bahri, 2002: 102).
6. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah:
a. Rumuskan
secara sefesifik yang dapat dicapai oleh siswa.
b. Susun
langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai
dengan sekenario yang telah direncanakan.
c. Menyiapkan
alat yang akan dibutuhkan sebelum demontrasi dimulai. (Djamarah, Syaiful Bahri, 2002: 103).
7. Langkah-langkah
dalam pelaksanaan metode demonstrasi
a.
Mempersiapkan
alat bantu yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
b.
Memberikan
penjelasan tentang topik yang akan
didemonstrasikan.
c.
Pelaksanaan
demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa.
d.
Penguatan
(diskusi, tanya jawab dan latihan terhadap hasil demonstrasi).
e.
Kesimpulan. (Anitah, Sri, dkk. 2013: 5.26)
F.
Hasil Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada
individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari
yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman
yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil
pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya
(Nana Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan
menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Nana Sudjana, 2004 : 22). Pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan
keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan
oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam
kehidupansehari-hari.
Hasil belajar adalah
penilaian akhir yang diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran,
yang menunjukkan tingkat pemahaman siswa. Menurut Hamalik (2001: 159) bahwa
hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar
itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006: 36) hasil belajar adalah
hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses
pembelajaran yang ditujukan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap
selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan
melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan
megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa hasil belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa
setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan)
dalam proses belajar mengajar IPA.
G.
Kaitan
Metode Demonstrasi pada Hasil Belajar Siswa
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses.
Metode pembelajaran
Demontrasi erat hubungannya dengan upaya
peningkatan hasil belajar
siswa utamanya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Pembelajaran dengan metode Demontrasi memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tecapai dengan ditandai peningkatan ketuntasan belajar siswa.
Dalam pelaksanaanya
metode demonstrasi menggunakan alat peraga langsung sehingga anak lebih mudah
memhamai materi pelajaran yang diberikan guru, anak terlibat langsung sehingga
pengalaman dan kesan sebagai hasil belajar lebih melekat dalam diri anak. Dengan
demikian prestasi belajar dapat ditingkatkan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan ditandai peningkatan
ketuntasan belajar siswa.
H. Hipotesis Tindakan Perbaikan
Berdasarakan tinjauan
pustaka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas sebagai berikut ; jika guru menerapkan metode Demonstrasi pada mata pelajaran IPA matei
pokok “Pengaruh gaya terhadap gerak benda” maka akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV semester gasal di SDN 2 Tamanagung Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Menginginkan file dalam bentuk Micrososft word !!!
hubungi : Abu _ Gosok
hubungi : Abu _ Gosok